Monday, March 30, 2015
Jalin Kebersamaan, Pengurus HMD Ilmu Sejarah Adakan Upgrading
Saturday, March 28, 2015
Foto-foto dalam prosesi acara peringatan Supersemar Di hall lt1 FIB Unair
Tahun ini Kesma HMD Ilmu Sejarah 2015 mengadakan acara dalam program kerjanya, Historical Moment. Acara ini diperingati dengan music dan nonton bareng dalam peringatan Supersemar di hall lt1 FIB Unair. Berikut ini kami lampirkan berberapa foto-foto prosesi acara Super Semar . Selamat menikmati.
Koleksi Foto-foto Pra-Pasca SERTIJAB
Berikut ini kami lampirkan pada teman-teman sejarah berberapa foto-foto Pra-Pasca SERTIJAB barangkali ingin mengambil juga. Selamat menikmati!
Foto-Foto Moment Acara SERTIJAB (Serah Terima Jabatan) HMD Ilmu Sejarah 2015
Friday, March 13, 2015
Penanggung Jawab Sejarah Mengajar Usulkan Marger
Surabaya-Historical Pers, Setelah beberapa hari yang lalu setiap departemen merancang seluruh program kerja atau prokernya, kini giliran eksekusi dalam bentuk proposal kegiatan adalah yang sedang digadang-gadangkan dan menjadi PR besar bagi setiap penanggung jawab proker. Tidak jauh berbeda dengan salah satu proker Departemen Pengabdian Masyarakat berupa Sejarah Mengajar yang mengusulkan diri untuk melakukan marger dengan komunitas lain yang masih dalam satu visi misi.
Pada wawancara eksklusif yang dilakukan oleh seorang reporter Historical Pers kepada Lukiyati Ningsih, Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat sekaligus penanggung jawab program Sejarah mengajar pada Jumat (13/3) ini, didapatkan beberapa informasi baru seputar progress pengabdian masyarakat yang masih setengah jadi. Beberapa kendala yang timbul lebih didominasi oleh objek bidikan yang masih kosong.
Masih berdasarkan penuturan narasumber yang sama, pihak pengurus sendiri belum mendapatkan lokasi sekolah yang akan menjadi objek bidikan Sejarah mengajar. Mengingat problem tahun kepengurusan kemarin juga semakin membuat penanggung jawab merasa terbebani karena sempat menuai problem dengan pembimbing sekolah tahun kemarin.
Oleh karena lokasi yang masih belum dapatdipastikan tersebut, Lukiyati mengusulkan untuk marger dengan komunitas lain guna menyikapi agenda ini tidak vakum. Salah satu komunitas yang diusulkan adalah Kelas Matahari, komunitas yang digawangi oleh mahasiswa Universitas Airlangga secara general tersebut juga mempunya visi misi memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak yang membutuhkan, hal ini tidak jauh berbeda dengan tujuan progress Sejarah Mengajar.
“Kelas Matahari memang lebih menanamkan pendidikan karakter berupa motivasi, ya tidak jauh berbeda dengan Sejarah Mengajar, karena pada dasarnya bidikan kami adalah sekolah-sekolah yang notabene masih menengah kebawah, jika usulan marger ini disetujui oleh Kahima, maka eksekusinya akan kembali direncanakan.” Urai Gadis kelahiran Mojokerto yang juga aktivis kampus tersebut.
Harapannya, agenda yang telah disusun matang dan telah berjalan sejak tahun kepengurusan yang lalu ini dapat tetap berjalan, atau harapannya cakupan keberhasilannya bisa lebih dari tahun kemarin.
(WH)
Kobarkan Semangat Supersemar yang Superior
(Suasana Saat Acara Supersemar Berlangsung)
Surabaya-Historical Pers,Hall lt. 1 Fakultas Ilmu Budaya yang biasanya diisi oleh beberapa anak saja yang melakukan diskusi berubah lebih semarak dan ramai pada Selasa (11/3). Pasalnya, pengurus HMD Ilmu Sejarah sedang sangat aktif mengobarkan semangat superior para kesatria Ilmu Sejarah dalam agenda sebelas maret ini.
Pada kesempatan kali ini, event Supersemar dikemas secara menarik ala pengurus HMD Ilmu Sejarah. Bukan berisi aksi demonstasi atau aksi penutupan jalan, namun acara santai ini dikemas dengan konsep unjuk potensi dan panampilan puisi beserta petikan akustik dari grup musik anak-anak Sejarah sendiri. Karena pada misinya sendiri, kegiatan ini bertujuan untuk memeringati dampak dari adanya surat perintah sebelas Maret yang menimbulkan pertannyaan besar sampai sekarang.
Agenda yang berisi penampilan aksi anak-anak HMD Ilmu Sejarah ini dinilai cukup bermanfaat, hal ini dikarenakan selain memeringati hari besar nasional ada pesan moral yang diciptakan juga untuk memotivasi setiap mahasiswa Ilmu Sejarah. Walaupun kegiatan ini masih termasuk sepi pengunjung, namun minat mahasiswa untuk memberikan kontribusi berupa penampilan sudah cukup baik.
Seperti Fatma dan Ammar, mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2014, mereka secara duet menampilkan puisi perjuangan dengan diiringi oleh petikan akustik dari grup Dr. Chefa. Puisi yang dibawakan selama kurang lebih 20 menit tersebut cukup menggugah dan mengundang banyak tepuk tangan dari penonton. Dr. Chefa, Grup akustik yang sudah tampil diawal acara pun tidak kalah memberikan penampilan menarik dengan lagu-lagu bernuansa perjuangan.
Walaupun tidak dihadiri oleh seorang pun dosen, acara yang dirancang secara mendadak ini cukup sukses berjalan dan menjadi satu-satunya acara yang dilakukan oleh ormawa di Fakultas Ilmu Budaya. Tentu masih banyak kendala yang ada dari acara yang diketuai oleh Yusri, Ilmu Sejarah angkatan 2014, selain karena kurang mampunya menarik animo teman-teman, konsep acara yang digagas pun terkesan sangat kurang.
“Saya menyadari kekurangan yang ada, namun sudah berjalan saja acara ini saya selalu bersyukur, awalnya acara ini hanya ingin diperingati lewat social media, namun karena permintaan dari Kahima maka kami mengeksekusinya.” Ungkap Yusrianto, mahasiswa yang menggemari filsafat ini.
“Keinginan saya tidak sederhana kok, saya ingin masyarakat mengenang supersemar ini, mengenang dampak yang timbul pasca surat perintah itu turun, terlebih bagi masyarakat luas, saya bidik mahasiswa karena nantinya mereka yang akan menjadi garda depan pembela rakyat.” Tambah mahasiswa kalahiran 27 Juli 1996 tersebut.
Acara yang dimulai pada 16.30 ini dilanjutkan dengan acara nonton film sejarah seusai melaksanakan sholat maghrib dan ditutup setelah film yang diputar selesai.
(WH)
Masalah Absen yang Masih Rancukan Konsen
Surabaya-Historical Pers, Masih dalam kesempatan yang sama di forum silaturahim berjudul FOSIL, beberapa mahasiswa secara antusias mengacungkan jari ketika sesi Tanya jawab dibuka. Tercatat ada lebih dari 7 orang mahasiswa dari berbagai angkatan yang ikut berpartisipasi aktif dan bertanya dalam forum yang dihadiri oleh 6 dosen ini. Salah satu pertanyaan yang masuk pertama adalah rancunya masalah pengabsenan yang masih menuai prahara hingga sering menimbulkan kerancuan konsentrasi sekian banyak mahasiswa.
Pada forum tertanggal (28/2) ini,
setidaknya mahasiswa tahun angkatan 2012 bernama Sunardi membuka diskusi bebas
seputar pengabsenan yang dapat diketahui secara umum masih memiliki kendala.
Sejauh ini standard yang diterapkan pihak universitas adalah sistem absen yang memakai
cara tanda tangan per-mahasiswa, jadi kertas yang berisi nama-nama seluruh
mahasiswa aktif dalam kelas akan tercatat dalam lembar absen tersebut dan
nantinya akan berjalan oper dari tangan mahasiswa satu ke mahasiswa yang
lainnya. Hal ini tentu menantang kendala seperti pemalsuan absen atau lazim
disebut mahasiswa dengan kata ‘TA’ atau titip absen.
Walaupun sudah dirasakan
keresahannya oleh pihak dosen ataupun mahasiswa sendiri, praktik TA ini masih
saja berlangsung hingga saat ini, oleh karena itu dalam forum bebas FOSIL ini
secara transparan bertemulah opini dosen dan mahasiswa yang ikut merasakan
resah akan praktik TA.
“Kembali pada kejujuran ya, kita
merasa terjebak dalam satu dilema, bahwa mengabsen mahasiswa satu per satu
tentu akan menghabiskan banyak waktu, sedang kadangkala mahasiswa masih
menyalahgunakan kepercayaan dosen dan pihak fakultas dengan cara TA seperti
ini, kami sebagai pihak dosen mengharapkan kesadaran mahasiswa secara terbuka.”
Jawab Eni Sugiarti, M. Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah pengantar sejarah
Indonesia pada semester satu ini.
“Kita cari kesepakan yang enak saja
antara dosen dengan mahasiswa, seperti kesepakatan pemberian nilai D pada
mahasiswa yang terbukti melakukan TA atau membantu temannya TA.” Lanjut dosen
yang menyelesaikan studi Strata duanya di Universitas Gadjah Mada ini.
Dari pembahasan kasus TA yang
meresahkan banyak pihak ini dirasa cukup memberi pengarahan pada seluruh elemen
civitas akademika khususnya prodi Ilmu Sejarah sendiri, Harapannya, praktik TA
sendiri akan semakin minim dan nantinyana akan hilang.
(WH)
Jalin Kekeluargaan, HMD Ilmu Sejarah Adakan FOSIL
Surabaya-Historical Pers, Hiruk
pikuk mahasiswa tanpak memadati depan ruang Siti Parwati yang disulap pengurus
HMD Ilmu Sejarah menjadi ruang kondusif untuk diskusi. Dalam rangka memulai
masa kerjanya, pengurus yang akan dilantik pada pertengahan Maret mendatang
mengadakan diskusi yang diberi judul FOSIL. FOSIL atau Forum Silaturahmi yang
diadakan pukul 13.00 pada Jumat (28/2)tersebut dilancarkan guna menjalin
kekeluargaan antar komponen dan memberi ruang pada mahasiswa Ilmu Sejarah untuk
bicara.
Bukan sebatas
mengajak mahsiswa Ilmu Sejarah dari seluruh angkatan, FOSIL ini juga
ikut merangkul segenap dosen dan menempatkannya sebagai narasumber utama.
Diskusi yang dimoderatori oleh Yusri dan Dika tersebut sukses memfasilitasi
mahasiswa untuk menyampaikan unek-unek selama lebih kurang tiga jam. Bukan hanya berdiri di pihak mahasiswa, forum bebas
ini juga ikut menyalurkan opini dosen yang selama ini jarang dibicarakan secara
transparan dan terbuka layaknya sekarang. Jadi setali tiga uang, forum ini
dijadikan ajang sharing dari dosen ke mahasiswa ataupun sebaliknya.
Masih ada kekurangan yang Nampak
pada acara yang diketuai oleh Rizal Febrianto (Ilmu Sejarah angkatan 2013) ini,
hal tersebut terlihat dari animo mahasiswa Ilmu Sejarah dari seluruh angkatan
yang kurang mendukung untuk mensukseskan acara. Walaupun kursi yang disediakan
sudah terisi penuh, target yang diharapkan panitia belum sepenuhnya tercapai
dan harapan dapat merangkul seluruh mahasiswa Ilmu sejarah dari seluruh
angkatan belum terlaksanakan.
“Karakter mahasiswa kan berbeda,
jadi saya pribadi tidak menyalahkan, pada intinya pihak pengurus sudah
mempublikasikan acara ini jauh-jauh hari, kalau pada eksekusinya masih kurang
itu akan menjadi catatan dan bahan evaluasi.” Jawab Agung, Ketua HMD Ilmu
Sejarah ketika dimintai keterangan menganai animo mahasiswa ini.
“Saran saya cukup perbaiki teknis
perumusan konsep acara dan cari waktu eksekusi yang tepat saja.” Tambah Ketua
HMD asal Lamongan tersebut.
Tidak jauh dari harapan yang
digantungkan, forum ini sudah cukup berhasil merangkul mahasiswa dan dosen
untuk duduk bersama dan saling sharing atau memberikan masukan. Untuk
selanjutnya, diharapkan agar acara semacam ini dapat lebih dikembangkan guna
menjalin kekelurgaan.
(WH)
Anak Yahudi di Hutan Polandia (Resensi Buku)
Judul buku :The
True Story of Hansel and Gretel
Penulis :
Louise Murphy
Penerbit :
Gramedia
Cetakan :
Pertama, 2010
Tebal :
487 halaman
Polandia
memang menjadi salah satu dari sekian negara yang menjadi saksi kejam NAZI pada
Perang Dunia II. Tak peduli apakah itu anak – anak, Lansia yang sudah tak mampu
lagi berjalan dan mengingat bahkan bayi yang baru lahirpun tak akan pernah
luput dari incaran NAZI selama mereka disinyalir berdarah Yahudi. Adalah dua
orang kakak beradik, yang nama aslinya diganti menjadi Hansel dan Gretel oleh
orang tuanya untuk menghilangkan jejak ke-Yahudian mereka, dibuang di hutan
yang lebat di Polandia, mereka dengan sekuat tenaga bertahan hidup melawan
dinginnya hutan yang tak memiliki ampunan dan dari kejaran NAZI yang haus akan
buruan. The True Story of Hansel and Gretel ini dengan jelas menceritakan bagaimana peperangan berpengaruh pada
kehidupan keluarga, terutama pada diri anak – anak.
Louise Murphy, perempuan
yang dilahirkan di Bowling Green, Kentucky memang piawai dalam menyusun
sebuah cerita klasik. Banyak karyanya yang bercerita tentang anak – anak,
seperti The Sea Within, dan My Garden. Ketertarikannya pada sastra
membuat karya – karyanya lebih hidup, puisi – puisinya telah diterbitkan oleh
Sojouners, Commonweal, Bitter Oleander, dan jurnal – jurnal lain. Puisi – puisi
formalnya berhasil mendapatkan penghargaan Writers
Digest Award. The True Story of Hansel and Gretel merupakan karyanya yang
ke-sekian tentang anak-anak. Mengisahkan kembali sebuah dongeng klasik yang ia
kaitkan kembali dengan peristiwa Perang Dunia II yang ia sendiri pernah
merasakan betapa mengerikannya perang ini saat masa kecilnya.
Semasa kuliah, Murphy
mengambil pendalaman minat legenda. The
True Story of Hansel and Gretel bukan novel sembarangan dengan cerita yang
hanya dikarang oleh penulisnya. Bukan main – main, Selain piawai dalam sastra,
Ibu paruh baya ini juga memperdalam sejarah sehingga fakta – fakta yang didalam
novel The True Story of Hansel and Gretel
adalah valid dan dapat dipercaya. Tidak tanggung – tanggung, ia mengakses
Perpustakaan Holocaust di San Fransisco dan Perpustakaan Universitas California yang memiliki banyak koleksi
buku yang ia baca dan pelajari selama tiga tahun.
Bercerita
tentang dua orang kakak-adik yang dibuang oleh orangtuanya di hutan untuk
menyelamatkan mereka dari kepungan para Nazi, yang haus akan darah para yahudi.
Dibuang di hutan yang lebat, dingin keras dan tak terjamah. Sebelumnya nama
mereka telah diubah menjadi Hansel dan Gretel oleh orang tuanya karena
penggunaan nama mereka yang sebenarnya akan menunjukkan identitas Yahudi.
Setelah berhari-hari bergulat dengan kerasnya alam, dua bersaudara ini tetap
melanjutkan perjalanan menelusuri dalamnya hutan dalam keheningan dan ketakutan
yang seakan takkan pernah berhenti seiring hutan Bialowieza yang tak berujung. Hingga sampailah mereka berdua di
sebuah gubuk tua, yang di huni oleh sesosok yang begitu renta,. Magda tinggal
seorang diri di dalam hutan Bialowieza, Polandia,
karena penduduk desa mengasingkannya dan menganggapnya sebagai penyihir.
Magda
bagaikan penyelamat bagi kedua anak itu. Selalu memasakkan mereka sup,
menyajikan roti gandum dan aneka buah yang selama ini tak pernah mereka dapat
semenjak Jerman menduduki Polandia dan merampas semua kebahagiaan dan senyum
warga Polandia. Bahkan, mereka sudah sangat bersyukur apabila hanya memakan
remah – remah roti yang mereka temukan di jalanan. Sungguh, Magda benar – benar
memanusiakan mereka, ia menganggap Hansel dan Gretel cucunya sendiri.
Menguruskan akte kelahirannya, menyemir rambut mereka untuk menghilangkan
identitas Yahudi dan tentunya memberikan arti sebuah keluarga bagi Hansel dan
Gretel. Kehangatan di tengah hutan yang keras, dingin, dan liar selama berbulan
– bulan akhirnya terusik juga.
Kedok
Magda dan keluarganya sebagai keturunan Gypsi dan sikapnya yang telah
memelihara Yahudi membuatnya harus tertangkap oleh tentara Jerman. Ia sempat
menyembunyikan Hansel dan Gretel di dalam oven besar sebelum akhirnya para Nazi
membakar gubuk kecilnya. Dan Magda-pun harus dikirim di Kamp untuk disiksa
sebelum akhirnya dipanggang dan dibuang abunya. (Bahkan, dalam novel ini
penyiksaan yang dilakukan oleh Nazi lebih kejam). Nelka dan Telek telah
melarikan diri sebelumnya. Sementara Hansel dan Gretel harus kembali
berpetualang dalam dinginnya hutan Bialowieza
yang masih tertutup salju, berlari
dari pohon satu kepohon lainnya, menyebrangi sungai, tidur di lubang-lubang
beralaskan lumut – lumut kas hutan Eropa hingga akirnya kembali ke daerah
asalnya, dan berkumpul bersama ayahnya setelah perang berakhir.
Murphy
begitu detail dalam menggambarkan sosok – sosok dalam novel ini. Seakan hidup.
Pun dengan suasana mencekam sepanjang perang dunia. Pasukan jerman yang tak
kenal lelah memburu Yahudi, membuat Hansel dan Gretel harus berhati – hati
dalam setiap tindakan dan ucapan. Gretel, gadis kecil sebelas tahun harus
selalu menjaga adiknya, Hansel yang berusia tujuh tahun. Meskipun tinggal
seorang diri di hutan, Nelka, cicit Magda yang sedang hamil tua selalu
mengunjunginya. Sifatnya yang lemah lembut, ceria dan begitu peduli terhadap
sesama membuat keluarga ini seakan lupa pada keadaan mencekam yang melandanya.
Suami Nelka mungkin sudah tewas karena dikirm Jerman untuk bekerja di Siberia.
Ia tinggal bersama Telek, penunggu hutan yang kelak menjadi kekasihnya.
Meskipun bercerita tentang anak - anak, novel ini tidak
layak dibaca oleh anak –anak. Banyak ditemui kata – kata yang vulgar , pelecehan seksual yang
dilakukan NAZI serta pembantaian manusia besar – besaran membuat buku ini
begitu menakutkan bagi anak – anak. Buku ini layak dibaca oleh siapa saja
kecuali anak dibawah umur yang ingin mengetahui tentang Sejarah kelam Perang
Dunia II dan tentunya keindahan hutan Polandia yang tergambar apik dan sempurna
mengingat latar belakang Murphy yang sudah tidak diragukan lagi. Dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi mereka yang ingin memperdalam Sejarah
Eropa karena disusun berdasar fakta – fakta sejarah dan tidak seperti buku
sejarah kebanyakan yang terlalu kaku, membosankan dan disusun dengan bahasa
yang berat.
Murphy begitu pandai membawa pembaca untuk ikut merasakan
kalut dalam setting perang dunia dan Holocaust yang dipermainkan para Nazi.
Pasukan nazi yang begitu kejam, terpapar apik dan sempurna dalam novel ini.
Pengetahuan Murphy mengenai Polandia, perang dunia dan hutannya sangat
menjadikan novel ini begitu hidup. Cerita ini mengajarkan kita untuk selalu
optimis, pantang menyerah untuk melawan segala bentuk penindasan serta cinta
dan kasih sayang meskipun nyawa yang menjadi taruhan . Sebuah novel yang
mencengangkan dan lugas tentang perjalanan, perjuangan hidup, pengampunan dan
ingatan.
Wiretno Basuki
Pegiat dan Peneliti
Sejarah di IHC (Indonesian History Club), Sekretaris umum HMD Ilmu Sejarah
Unair
Foto suasana Raker HMD Ilmu Sejarah 2015
Foto Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) saat menyampaikan prokernya untuk satu tahun kedepan.
Foto Departemen Kesejahtraan Mahasiswa (Kesma) saat menyampaikan prokernya untuk satu tahun kedepan.
Foto Departemen Hubungan Mahasiswa (Humas) saat menyampaikan prokernya untuk satu tahun kedepan.
Foto Departemen Kesejahtraan Mahasiswa (Kesma) saat menyampaikan prokernya untuk satu tahun kedepan.
Foto Departemen Hubungan Mahasiswa (Humas) saat menyampaikan prokernya untuk satu tahun kedepan.